Kita manusia terlahir di dunia adalah sebuah
pilihan. Kita tidak akan terlahir bila kita tak meminta untuk lahir. Tetapi
kita sebagai mahluk di beri sebuah kenikmatan, yaitu limitasi pengetahuan atau
ketidaktahuan. Tentu kita tidak mungkin tahu kapan kita meminta kepada Pencipta
untuk terlahir di dunia ini . Dengan ketidaktahuan yang kita miliki, kita akan
terus berjuang untuk mencari tahu sampai ambang batas ketidaktahuan kita,
proses ini bisa disebut dengan belajar. Belajar mencari tahu tentang kebenaran.
Kita mencari tahu kebenaran tersebut secara umum
melalui empat sumber, yaitu agama, seni, filsafat dan ilmu pengetahuan. Dari
keempat sumber tersebut bila berhasil maka akan ditemukan kebenaran, dan bila
memang itu bersumber dari keempat hal tersebut, maka tidak akan terjadi
gesekan. Seni yang baik tidak akan bertentangan dengan filsafat. Begitu pula
dengan ilmu pengetahuan yang baik, tidak akan berlainan paham dengan ajaran
agama.
Manusia memiliki nalar pikiran, dan hal itu tidak
akan terbantahkan. Nalar pikiran itulah yang menjadikan manusia berbeda dengan
mahluk lain, bahkan malaikat dan setan pun tidak dibekali dengan nalar pikiran.
Manusia bebas memilih jalan mana yang akan mereka tempuh, berbeda dengan
malaikat yang hanya tunduk mematuhi perintah penciptanya, begitu pula dengan
setan sama halnya. Dari nalar pikiran itu terlahirlah ilmu pengetahuan. Dengan
metode-metode yang terkemukakan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi,
saat ini kita tidak perlu menunggu beberapa hari untuk mendapat kabar dari
manusia lain di belahan dunia yang lain. Kita bahkan bisa berkomunikasi secara
langsung dengan individu lain. Tidak terpungkiri sedikitpun bahwa keberadaan
ilmu pengetahuan dan teknologi kehidupan manusia menjadi lebih mudah.
Tapi yang perlu diingat juga, selain mempermudah
kehidupan manusia, keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat
menggiring kehidupan manusia menuju kepada kehancuran yang tidak manusiawi.
Contoh nyata ilmu pengetahuan membawa manusia pada kehancuran dan perpecahan
adalah penemuan bom atom yang pada akhirnya di jatuhkan di kota Hiroshima dan
Nagasaki.
Ilmu pengetahuan secara otomatis (tanpa melihat
±) memajukan kehidupan masyarakat dunia. Tentu kita tidak asing mendengar
tentang revolusi industri di tanah Britania dan sebagian besar negara di
kawasan Eropa Barat di sekitar abad 18, yang pada akhirnya menyebar ke seluruh
dunia. Revolusi industri atau bisa di sebut perubahan secara radikal dari
sistem produksi barang dan jasa yang mulanya menggunakan tenaga manusia, di
gantikan dengan tenaga mesin buatan manusia. Revolusi industri merupakan
lompatan terbesar dalam sejarah perkembangan manusia.
Faktor dari lahirnya revolusi industri itu
sendiri adalah munculnya para ilmuwan salah satunya Galileo Galilei di sekitar
abad 16, terbentuknya lembaga-lembaga riset seperti The Royal Society of
England. Faktor lain adalah ketahanan dalam negeri Inggris, wiraswasta
yang berkembang, serta jajahan Inggris yang kaya akan sumber daya alam. Secara
gamblang sudah tersampaikan bagaimana keadaan perekonomian dan kehidupan
masyarakat saat itu. Perkembangan ilmu pengetahuan berbanding lurus dengan
kesejahteraan dan kemajuan masyarakat pada saat itu.
Baik, mari kita sekarang menilik keberadaan
perpustakaan di era itu, pada awal sebelum mengenal kertas, manusia menggunakan
batu, kulit binatang dll sebagai media tulis. Pada saat itu, keberadaan
perpustakaan belum dapat dikatakan perpustakaan seperti saat ini. Pada abad 15
sebenarnya telah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Jerman. Akan
tetapi itu sangat membutuhkan waktu yang lama. Keberadaan mesin cetak di
kembangkan sampai sekitar abad 16, yang mampu mencetak ratusan lembar dengan waktu
yang singkat. Pada saat inilah keberadaan perpustakaan berkembang pesat dan
terisi oleh koleksi dan buku cetak. Sebenarnya perkembangan perpustakaan dari
zaman dahulu sampai sekarang bisa di katakan bertujuan persis dengan tujuan
masyarakat. Karena perpustakaan memang merupakan hasil ciptaan masyarakat.
Contohnya adalah salah satu perpustakaan di abad 8-9 di Bagdad yang
didirikan Al-Makmun untuk tujuan riset dan lembaga studi karya-karya
Yunani. Melihat contoh tersebut, sudah sangat jelas bahwa keberadaan
perpustakaan terbagi sesuai tujuan masyarakatnya. Yang mana pada saat itu
kebanyakan masyarakat bertujuan mempelajari ilmu pengetahuan dan karya-karya
dari masa sebelumnya.
Kita kembali ke masa sekarang, dengan hegemoni
perkembangan IT yang begitu mengagumkan dan sambutan masyarakat
yang begitu besar, keberadaan perpustakaan menurut penulis sangat
mengkhawatirkan. Walaupun perpustakaan sekarang juga mengalami pengembangan,
tapi lagi-lagi menurut pandangan penulis, efek dari perkembangan IT dan
tak dibarengi dengan positioning perpustakaan yang tepat. Perkembangan
perpustakaan dari sisi kelembagaan memang telah dibagi atau dikelompokan sesuai
dengan jenis koleksi, kebutuhan pemustaka, dan lokasi keberadaan, atau yang
lazim disebut perpustakaan khusus dan umum.
Kita ambil jenis perpustakaan khusus,
perpustakaan yang mana diciptakan untuk pengguna tertentu,misal perpustakaan
perguruan tinggi yang jelas untuk mendukung kebutuhan pemustakanya, mahasiswa.
Namun bagaimana tingkat penggunaan informasi dari perpustakaan dan media
informasi lain oleh pemustaka? Apakah keberadaan perpustakaan unggul? Kita
lihat tool yang mahasiswa miliki, untuk mencari informasi bahkan
referensi, hanya dengan duduk manis dimanapun berada, mereka dapat menemukan
apa yang dibutuhkan. Bahkan untuk tugas-tugas perkuliahan sudah sangat lazim
dicari tanpa melalui keberadaan perpustakaan. Padahal keberadaan informasi di
media lain (internet) banyak terdapat sumber yang tidak jelas, tidak
valid, bahkan sampah.
Pemaparan di atas, penulis merasa bahwa hegemoni
perkembangan IT dan kemajuan masyarakat telah memposisikan
perpustakaan di dalam keadaan stagnan. Walau sebenarnya perpustakaan
juga berkembang, bahkan perpustakaan menyediakan versi-versi sesuai kebutuhan
pemustaka dalam wujud perpustakaan khusus, dalam tulisan ini penulis pilih
perpustakaan perguruan tinggi.
Perkembangan IT memberi dampak
yang begitu signifikan dalam proses kemajuan masyarakat, memberi
kemudahan-kemudahan dalam memperoleh informasi dan lain sebagainya, akan tetapi
imbas yang didapat perpustakaan tak berbanding lurus dengan kemajuan masyarakat
(pemustaka). Apabila keadaan seperti ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin
keberadaan perpustakaan semakin tertinggal. Pengelompokan perpustakaan saja
tidak akan cukup guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
Dalam tipologi perpustakaan, pengelompokan
perpustakaan menjadi perpustakaan khusus dan umum sebenarnya sudah baik, akan
tetapi untuk mengatasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan mobilitas
masyarakat yang masif, perpustakaan perlu lebih serius dalam mengembangkan
standar pelayanan informasi.
Menurut penulis, bila dengan keadaan yang
apaadanya, bukan tidak mungkin keberadaan perpustakaan akan tergeser oleh
kemajuan zaman. Terutama perpustakaan khusus dalam hal ini perpustakaan
perguruan tinggi, karena pemustaka di perpustakaan perguruan tinggi merupakan
pioner-pioner bangsa. Memang sudah ada beberapa perpustakaan yang telah
mengunggah koleksi ke dalam jaringan, akan tetapi dari beberapa upaya
penelusuran masih tergolong rumit dan terbatas.
Selama perpustakaan tidak mau lebih berkembang,
dapat dipastikan keberadaan perpustakaan akan terus dibelenggu oleh kemajuan IT
dan tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
Perpustakaan perguruan tinggi harus lebih menggenjot standar pelayanan kepada
pemustaka, agar perpustakaan memiliki daya tarik, yang berimbas pada para
pemustaka lebih tertarik dalam menggunakan jasa perpustakaan sebagai sumber
referensi dan informasi.
0 Comments
silahkan memberikan komentarnya