![]() |
Trianus Malyo saat berfoto di tempat usahanya (Foto:Istimewa) |
TIMIKA -KABARSORSEL.com -- Tirianus Malyo,S.Pd, M.Th atau akrab disapa Teris, seorang putra asli Papua
asal Eipomek, Kabupaten Pegunungan Bintang membuka usaha Lalapan yang diberi
nama 'Lalapan Ame Telepe'.
Usaha tersebut sudah digeluti sejak Bulan Januari 2020 yang
beralamat di Flavouw Jalan Pasir, Hawai, Sentani, Kabupaten Jayapura.
Teris adalah seorang jebolan Magister Teologi Jakarta pada
tahun 2019 lalu. Dan mengambil S1 Pendidikan di Surabaya.
Kepada Salam Papua, Jumat (25/9/2020), putra Papua Kelahiran
18 september 1993 ini bercerita dan memberikan banyak motivasi bagi pemuda dan
pemudi khususnya anak-anak Asli Papua.
Ia menjelaskan ada beberapa hal yang membuat ia terdorong
untuk membuka usaha.
"Yang pertama kalau orang mau punya uang tidak harus
PNS, tidak harus jadi politikus. Tapi bisa juga dari membuka usaha
sendiri," ujar Teris.
Kemudian dorongan berikutnya adalah ia melihat anak-anak
Papua jarang ada yang mempunyai pemikiran membuat usaha tersebut.
Dimana menurutnya, Papua kaya akan tanah yang subur sehingga
bisa dimanfaatkan untuk bertani, selain itu juga beternak serta membuat
berbagai macam usaha.
"Tanah dan semua luas tapi tidak ada tanaman, itu yang
menggerakan hati saya. Dengan memanfaatkan tanah yang ada, kita bisa punya
tempat usaha apa saja yang kita mau, sehingga tidak harus kita jadi PNS atau
Politikus," katanya.
Teris yang sudah terdidik mandiri sejak kecil, dimana sejak
SD dirinya sudah ditinggalkan oleh sang Ayah untuk selama-lamanya, akhirnya
memilih merantau sejak menyelesaikan pendidikan SMP di Pegunungan Bintang.
Kemudian SMA Alkitab di Biak, dan melanjutkan S1 pendidikan
di Surabaya serta mengikuti S2 jarak jauh di Jakarta yang membuat dirinya
semakin mandiri.
"Saya sudah mandiri, saya bisa masak sendiri selama di
kos-kosan. Kemudian kalau ada uang, saya makan di luar dan saya terdorong
dengan keahlian saya memasak, saya bisa masak berbagai masakan akhirnya saya
berpikir membuat usaha lalapan ini," jelasnya.
Anak ke tiga dari enam bersaudara ini akhirnya membuka usaha
lalapan dan menjual berbagai menu masakan di antaranya Lalapan Ayam Potong yang
dijual perporsinya Rp 20 ribu, Ayam Kampung Rp 35 ribu, Lele Rp 20 ribu, Telur
Rp 15 ribu dan Bebek dijual Rp 35 ribu.
"Satu hari biasa habis 50 porsi jadi misalnya ayam
potong harus siapkan rata-rata 20 ekor kalau habis cepat, itupun tidak menentu,
kadang-kadang bisa 25 ekor sampai 30 ekor kalau ramai berarti saya harus ambil
dari kandang lima ekor atau 10 ekor ayam
potong lagi," katanya.
Hebatnya, ayam potong yang dijual di tempat usaha Lalapannya
juga adalah hasil beternak miliknya sendiri. Begitupun sayur-sayuran serta
bumbu-bumbu adalah hasil berkebun sendiri sehingga ia tidak perlu membeli ke
orang lain. Sementara untuk Ayam Kampung, Bebek dan Lele masih dibeli di luar.
Saat ini, Teris pun sudah mempekerjakan 6 orang karyawan dan
semua adalah anak asli Papua. Dua orang untuk tangani Perkebunan dan Peternakan
Ayam sementara Empat orang lainnya untuk membantu dirinya di tempat usaha
lalapan.
Dia mengungkapkan siapa saja bisa melakukan hal baru yang
bisa menghasilkan uang. Sehingga ia berpesan agar anak-anak asli Papua jangan
mudah gengsi ataupun malu untuk bisa mandiri berdiri di atas kaki sendiri untuk
bisa membeli apapun yang diinginkan dengan usaha dan keringat sendiri.
"Jadi kalau kita kerja seperti begini uang setiap hari
ada, lebih bagus pakai uang dari keringat sendiri untuk membeli sesuatu. Yang
penting bisa atur baik tetap bisa hidup enak. Jadi untuk kita teman-teman di
Papua tidak boleh gengsi, kita harus memulai sesuatu yang baru, bisa memulai
jualan gorengan atau apapun semua pasti bisa," ungkapnya.
Dia mengakui kehebatan orang Papua karena memiliki rasa
kekeluargaan dan selalu saling mendukung.
"Hebatnya kita orang Papua yang saya lihat mereka
kekeluargaannya bagus jadi mereka datang kunjungi, saat saya ini buka usaha
ini, banyak yang kunjungi sampai makanan habis, bahkan ada teman Papua juga
yang jualan es jeruk di pinggir jalan, semua orang Papua pasti mampir dan
membeli, jadi orang Papua saling mendukung kalau ada yang membuat usaha," ujarnya.
Ia juga berpesan kepada anak-anak Papua agar berhenti mengonsumsi
Minuman Keras (Miras) karena banyak hal negatif yang bisa ditimbulkan, di antaranya
uang akan cepat habis, kelebihan mabuk bisa mengakibatkan kecelakaan yang bisa
merenggut nyawa orang lain bahkan nyawa sendiri, saat pikiran tidak terkontrol
bisa menimbulkan masalah baik dengan keluarga sendiri, dengan tetangga, dengan
sahabat bahkan dengan orang yang tidak dikenal. Bahkan organ tubuh bisa rusak
dan bisa menyebabkan kematian di usia muda.
Dia yang saat ini menunggu panggilan untuk mengajar di
beberapa kampus Teologi di Jayapura mengaku sangat sedih karena banyak anak
Papua yang meninggal karena dipengaruhi minuman beralkohol.
"Lebih baik berhenti, karena tidak menguntungkan sama
sekali. Mari jadilah berkat bagi pribadi kita, keluarga, orang terdekat karena
Tuhan tidak suka begitu. Tuhan larang," tuturnya. (RED)
1 Comments
Klas beritanya
ReplyDeletesilahkan memberikan komentarnya